Mu'ammar Riski Ananda

Tutorial HTML Komputer Teknologi Renungan dan Agama Pengetahuan Internet Jaringan Info

Kamis, 12 Januari 2012

Pesona Keindahan Pulau Paling Barat Indonesia (SABANG)

MENJELAJAHI Kota Sabang yang terletak di Pulau Weh, Aceh merupakan hal yang menakjubkan. Gerbang di kawasan ujung barat Indonesia dengan luas 156,3 km persegi itu memiliki puncak tertinggi 617 meter di atas permukaan air laut.

Terletak di Pulau Weh, banyak orang yang menyebut Pulau Weh sebagai Pulau Sabang. Pulau Weh merupakan pulau utama dan terbesar yang terpisah dari daratan Aceh oleh Selat Benggala.


sabang 
Selain berbatasan langsung dengan tiga negara yaitu Malaysia, Thailand, dan India, Sabang merupakan sebuah daerah yang sangat unik. Pasalnya, di dareah ini Anda dapat menemukan tugu Nol Kilometer yang merupakan cikal bakal istilah "Dari Sabang Sampai Merauke".
Saat ini, Sabang menjelma jadi destinasi wisata bahari Indonesia yang menawarkan surga bagi para penyelam. Di sini, Anda dapat menikmati alam bawah laut dengan menyelam untuk menemukan ratusan spesies dan kekayaan terumbu karang alami yang bukan ditanam atau budidaya.
Perairan di Sabang merupakan tempat bertemunya Samudera Hindia dan Selat Malaka. Saat ini, Sabang memperlengkapi atraksi wisatanya dengan penyelengaraan Sabang International Regatta.
Pesona Sabang menawarkan keelokan garis pantai yang indah, air laut nan biru dan bersih, serta pepohonan yang hijau.
Saat berkunjung, Anda bukan wisata bahari saja dapat ditemukan di Sabang. Ada gunung, danau, pantai, laut, serta hutannya yang masih alami dan terjaga menunggu dikunjungi. Belum lagi interaksi Anda dengan masyarakat setempat akan memberikan pengalaman yang berkesan.
Kota Sabang merupakan kota kecil yang indah dengan struktur tanah berbukit-bukit sehingga warga setempat menyebut kota Sabang dengan dua nama, kota bawah dan kota atas.
Sabang terdiri dari lima pulau besar dan kecil, yakni Pulau Weh sebagai pulau terbesar, Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo.
Jumlah penduduknya sekitar 26.000 jiwa. Dengan luas wilayah kota 153 km persegi, kota ini terbagi dalam dua Kecamatan, 18 Kemukiman, dan 72 Desa. Topografinya meliputi dataran rendah, tanah bergelombang, berbukit, dan bergunung, serta batu-batuan di sepanjang pantai.
Perbatasan Sabang di sebelah timur adalah Selat Malaka, sebelah barat dengan Samudera Indonesia, sebelah utara dengan Selat Malaka, dan sebelah selatan denganSamudera Indonesia.
Pada masa Kerajaan Aceh, wilayah Pulau Weh merupakan tempat pengusiran atau dipindahkan "geupeuweh" bagi seseorang yang dikenakan hukuman berat dari kerajaan.
Sebutan "geupeuweh" kemudian lekat dengan pulau ini, dan seriring bergulirnya waktu pelafalannya menyingkat jadi Weh dan diartikan sebagai pulau yang terpisah.
Kata Sabang berasal dari bahasa Aceh yaitu "saban" yang berarti sama hak dan kedudukan dalam segala hal. Hal ini dikaitkan dengan keberadaan Sabang yang dulunya banyak dikunjungi pendatang dari luar untuk membuka kebun (seuneubok) atau usaha lainnya.
Pendatang tersebut berasal dari berbagai daerah dengan budaya yang berbeda baik sikap, nilai, maupun adat istiadat.
Lambat laun terjadi asimilasi di mana beragam perbedaan tersebut akhirnya memudar dan kedudukan mereka menjadi sama. Istilah Saban ini telah lama melekat pada Pulau Weh yang kemudian perlahan berubah penyebutannya jadi "Sabang".
Sabang merupakan satu-satunyadaerah Kerajaan Aceh yang bisa dikuasai penuh oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak tahun 1881, Sabang ditetapkan sebagai pelabuhan alam yang disebut Kolen Station. Pemerintah Hindia Belanda kemudian membangun berbagai sarana dan prasarana.Terutama setelah tahun 1887 saat Sabang Haven memeroleh kewenangan untuk membangun sarana penunjang pelabuhan.
Tahun 1895, Sabang menjadi daerah pelabuhan bebas Vrij Haven yang dikelola Sabang Maatschaappij (Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station). Saat itu nama Sabang semakin populer di Nusantara maupun internasional sebagai pelabuhan sirkulasi perdagangan internasional.
Perang Dunia II telah menghancurkan Sabang hingga tahun 1942 diduduki Jepang dan menjadikannya sebagai basis maritime Angkatan Laut Jepang. Belum selesai perbaikan akibat perang, kerusakan fisik pulau ini semakin parah setelah pasukan sekutu membombardirnya yang membuat Sabang ditutup.
Baru setelah masa kemerdekaan Sabang ditetapkan sebagai pusat Pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS), dan semua aset Pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia.
Tahun 1965
Dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang dan dirintis upaya untuk membuka kembali Sabang Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas. Upaya ini baru resmi dikukuhkan tahun 2000.

Aktivitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pun mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke Kawasan Sabang. Namun, tahun 2004 Sabang kembali terhenti karena pemerintah pusat menetapkan status darurat militer bagi Aceh.
Pascaperjanjian damai antara pemerintah RI dan GAM pada 15 Agustus 2005
Sabang kembali ramai. Pelabuhan Bebas Sabang kembali dibuka untuk mempecepat pembangunan ekonomi Aceh melalui hubungan ekonomi dengan luar negeri.

Selain itu, beragam destinasi bahari dan keunikan budaya Aceh pun kembali diperkenalkan agar wisatawan berdatangan menikmati pesona keindahan pulau paling barat di Indonesia ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar